Asetku Edukasi Literasi Warga Desa Oenlasi di NTT, Bedakan Fintech Legal dan Pinjol Ilegal

www.peristiwaaktual.com.ǁNTT,29 Agustus 2025-PT Pintar Inovasi Digital dengan brand Asetku, perusahaan Financial Technology Peer-to-Peer Lending (Fintech P2P Lending) yang didirikan pada 2017, hadir langsung wilayah ke pelosok Nusa Tenggara Timur itu untuk memberikan edukasi literasi keuangan digital. Kali ini yang dipilih adalah Desa Oenlasi, Kecamatan Amanuban Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi NTT.

Berlokasi di PAUD Gereja Betel Tumu, Direktur Utama Asetku, Kim Sam bersama tim memberikan edukasi dan literasi kepada warga setempat tentang keuangan digital. Juga dilakukan poembagian sembako kepada masyarakat  setempat dan alat perlengkapan sekolah kepada siswa PAUD Betel Tumu.

Suasana di PAUD Gereja Betel Tumu, Desa Oinlasi, Kecamatan KiE, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS) tampak berbeda dari biasanya.  Puluhan warga, beberapa di antaranya menggendong anak, serius menyimak penjelasan tentang cara menggunakan layanan keuangan digital secara aman dan bijak.

“Banyak orang masih menyamakan semua pinjaman online dengan hal-hal negatif. Padahal ada yang legal, diawasi OJK, dan ada juga yang ilegal. Tugas kami adalah membantu masyarakat membedakan mana yang benar, agar tidak terjebak pada praktik pinjol ilegal,” jelas Kim Sam kepada wartawan di Kupang, Jumat (29/8/2025).

Menurut Kim Sam, tingkat literasi keuangan di kawasan timur Indonesia, termasuk NTT, masih tertinggal dari rata-rata nasional. Jika secara nasional angkanya mendekati 80 persen, di Indonesia timur baru sekitar 60 persen.

“Itulah sebabnya kami hadir di TTS. Literasi keuangan harus menjangkau semua lapisan, bukan hanya kota besar. Bahkan bagi warga yang belum memiliki ponsel pintar pun, penting untuk tahu hak dan kewajibannya saat suatu saat menggunakan layanan digital,” ujarnya.

Dalam sesi edukasi di Betel Tumu, ia menjelaskan secara sederhana perbedaan pindar atau pinjaman daring (legal) dan pinjol atau pinjaman online (ilegal). Perusahaan resmi, kata Kim Sam, hanya bisa mengakses data terbatas, sementara pinjol ilegal kerap menyalahgunakan data pribadi dan menekan peminjam.

“Kalau ada tawaran pinjaman online, jangan langsung tergiur. Cek dulu di OJK. Itu kuncinya,” tegasnya.

CSR untuk Pendidikan Anak Desa

Selain edukasi, Asetku juga membawa program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan membagikan sembako untuk warga dan perlengkapan sekolah bagi anak-anak PAUD Betel Tumu.

“Pendidikan adalah kunci masa depan. Karena itu, kami tidak hanya memberi literasi keuangan, tapi juga ingin membantu pendidikan di desa ini,” kata Kim Sam.

Anak-anak tampak gembira menerima bingkisan, sementara para orang tua merasa diperhatikan oleh pihak luar, seperti Asetku . Kim Sam juga menyinggung perkembangan industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) di Indonesia.

Menurutnya, fintech lending menawarkan kepraktisan. Dengan modal KTP dan ponsel, masyarakat bisa mengakses pinjaman lebih cepat dibanding bank konvensional. Namun, pertumbuhan pesat industri ini juga melahirkan praktik pinjol ilegal yang merugikan masyarakat.

“Seperti pedang bermata dua, industri ini bermanfaat tapi juga rawan disalahgunakan,” ungkapnya.

Untuk menjaga keamanan, Asetku menerapkan sistem verifikasi digital, mulai dari pengecekan KTP ke Dukcapil, verifikasi biometrik foto, hingga pemantauan rekam jejak digital peminjam. Selain itu, asosiasi fintech memiliki sistem data terpusat agar seseorang tidak bisa berutang di lebih dari tiga platform.

Sejak berdiri delapan tahun lalu, Asetku konsisten melakukan dua hingga tiga kegiatan literasi keuangan setiap tahun, baik mandiri maupun bersama Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

“Kalau masyarakat melek keuangan, mereka akan lebih terlindungi. Dan industri keuangan digital pun akan tumbuh lebih sehat,” pungkas Kim Sam.

Kehadiran Asetku di Desa Oinlasi menjadi pengingat bahwa literasi keuangan harus merata, menembus batas kota besar hingga desa terpencil. Di era digital, pemahaman keuangan bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan bagi semua orang.